DUNTAS (EDUKASI TENTANG GENDER DAN SEKSUALITAS) MELALUI PROGRAM PENDAMPINGAN PIK-REMAJA DESA NGLONDONG KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG

Oleh: Ratna Cahyani, Fia Farhaniyah, Muna Badru Tamama, Nida Nur Aini

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji implementasi edukasi gender dan seksualitas di Desa Nglondong, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung. Isu gender dan seksualitas masih menjadi tema sensitif dalam masyarakat pedesaan, sehingga diperlukan pemahaman mendalam tentang bagaimana edukasi terkait tema tersebut dapat dilaksanakan secara efektif. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, melibatkan wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat, guru, orang tua, dan remaja, serta observasi partisipatif terhadap kegiatan edukasi yang berlangsung di desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa edukasi gender dan seksualitas di Desa Nglondong masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk kendala sosial-budaya, keterbatasan sumber daya, dan resistensi masyarakat. Meski demikian, terdapat potensi pengembangan melalui pendekatan kultural dan pelibatan tokoh masyarakat sebagai agen perubahan. Penelitian ini merekomendasikan perlunya strategi edukasi yang mengintegrasikan nilai-nilai lokal dengan pemahaman modern tentang gender dan seksualitas, serta pentingnya membangun kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan dalam implementasi program edukasi.

Kata Kunci: edukasi gender, seksualitas, masyarakat desa

ABSTRACT

This research examines the implementation of gender and sexuality education in Nglondong Village, Parakan District, Temanggung Regency. Gender and sexuality issues are still sensitive themes in rural communities, so an in-depth understanding of how education related to these themes can be implemented effectively is needed. The research used qualitative methods with a case study approach, involving in-depth interviews with community leaders, teachers, parents and teenagers, as well as participatory observation of educational activities taking place in the village. The research results show that gender and sexuality education in Nglondong Village still faces various challenges, including socio-cultural obstacles, limited resources, and community resistance. However, there is potential for development through a cultural approach and involving community leaders as agents of change. This research recommends the need for educational strategies that integrate local values with modern understandings of gender and sexuality, as well as the importance of building collaboration between various stakeholders in implementing educational programs.

Keywords: gender education, sexuality, village community

 

PENDAHULUAN

<!-- [if !supportLists]-->A?<!--[endif]-->Latar Belakang

Beberapa waktu belakangan ini, seksualitas menjadi salah satu permasalahan dikalangan remaja. Dalam perspektif remaja seksualitas merupakan hubungan intim. Pandangan ini menjadi dampak pendidikan seksual dalam pola pengasuhan keluarga yang tidak tuntas. Orang tua cenderung lebih tertutup informasi mengenai masalah seksual pada anak. Seharusnya orang tua memberikan pengetahuan kepada anak mengenai seksualits mencakup banyak elemen, diantaranya pemahaman tentang alat kelamin secara fisiologis, biologis, dan fungsi hormonal, pemahaman hasrat seksualitas, pengetahuan tentang gender dan seksualitas, pemahaman komunikasi dan sumber rangsangan eksualitas, pemahaman akil balig, pemahaman seksualitas pada anak, remaja, dewasa bahkan sampai usia lanjut, pemahaman hak pilih anak, pemahaman orientasi seksualitas, pemahaman unsur genetis seksualitas, pemahaman kejahatan seksualitas dan hukumnya, pemahaman kebijakan publik berkaitan dengan aspek seksualitas masyarakat.

Dilansir dari Pusat Informasi Kriminal POLRI, 17,13?ri 1.410 korban ponografi, pornoaksi dan eksploitasi seksual merupakan anak berusia di bawah 17 tahun. Dalam data yang lain juga memaparkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua di ASEAN dan peringkat keempat di dunia sebagai negara dengan kasus pornografi anak tertinggi.

Hampir seluruh remaja dalam berpacaran mengalami kekerasan baik dalam kekerasan fisik, psikis, seksual serta ekonomi. Diserang dengan pukulan, tamparan, dijambak, dilempar sebuah barang oleh pacar merupakan tindakan kekerasan dalam bentuk fisik. Selain itu, membatasi dalam hal pertemanan dan aktivitas sosial, bullying dan body shaming dari pacar merupakan wujud kekerasan dalam bentuk psikis. Dalam pacaran kekerasan seksual juga dialami oleh beberapa remaja, diantaranya dengan dipaksa berciuman, menyentuh bagian tubuh yang intim, dan dipaksa melakukan hubungan seksual. Sedangkan, wujud dari kekerasan ekonomi dalam pacaran ialah dengan cara memaksa pasangannya untuk memenuhi segala kebutuhan.

Sejalan dengan permasalahan tersebut juga dialami oleh remaja di Desa Nglondong, Parakan, Temanggung. Berdasarkan hasil dari observasi awal yang telah dilakukan, didapatkan informasi bahwa ada beberapa remaja yang belum memahami konsep mengenai gender dan seksualitas secara utuh. Kurangnya pemahaman mengenai gender dan seksualitas memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi pihak perempuan, misalnya tidak memiliki posisi tawar sehingga perempuan lebih mudah disakiti oleh laki-laki. Selain itu, dapat menyebabkan berbagai dampak bagi perempuan, tidak terkecuali dampak kesehatan, psikologis, serta dampak akademis dalam kehidupan yang selanjutnya, yaitu saat sudah berkeluarga.

Minimnya kegiatan positif, menjadi salah satu faktor remaja untuk berhubungan lebih intens dengan pacar atau teman dekat lawan jenisnya. Kurangnya bekal mengenai pendidikan seksual dan kesetaraan gender dapat membuat remaja lebih mudah terjebak pada pertemanan atau pacaran yang tidak sehat (toxic relationship). Dalam kondisi ini remaja tidak berpikir panjang yang dapat mengakibatkan keblabasan dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

Dengan adanya permasalahan remaja yang terjadi di Desa Nglondong tersebut, maka diperlukan adanya kegiatan pendampingan edukasi mengenai gender dan seksualitas dengan kelompok sasaran remaja Desa Nglondong, Parakan, Temanggung. Kegiatan dilakukan dengan pemberian pendidikan atau edukasi tentang gender dan seksualitas, diskusi mengenai permasalahan atau suatu kasus remaja dan kemudian melakukan evaluasi dari kegiatan tersebut. Hal ini bertujuan agar meningkatnya pemahaman dan kesadaran remaja tentang isu gender dan seksualitas, sehingga dapat meminimalisir kasus-kasus yang berkaitan dengan gender dan seksualitas pada remaja.

<!-- [if !supportLists]-->B?<!--[endif]-->Rumusan Masalah

<!-- [if !supportLists]-->1.     <!--[endif]-->Bagaimana strategi pendampingan yang dilakukan Mahasiswa KKN Mandiri INISNU Temanggung terhadap PIK-Remaja Desa Nglondong?

<!-- [if !supportLists]-->2.     <!--[endif]-->Bagaimana kondisi sebelum adanya DUNTAS (Edukasi tentang Gender dan Seksualitas) di Desa Nglondong Parakan?

<!-- [if !supportLists]-->3.     <!--[endif]-->Bagaimana dampak setelah dilakukan pendampingan melalui DUNTAS (Edukasi tentang Gender dan Seksualitas) terhadap PIK-Remaja di Desa Nglondong Parakan?

<!-- [if !supportLists]-->C.  <!--[endif]-->Kajian Pustaka

Gender dalam Pendidikan

     Gender merupakan cara pandang manusia terhadap laki-laki atau perempuan yang tidak didasarkan pada perbedaan jenis kelamin secara kodrat. Gender dalam aspek kehidupan menciptakan perbedaan antara perempuan dan laki-laki dimana kedudukan perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Contohnya, perempuan lebih dikenal dengan cantik, lemah lembut, atau keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap jantan, kuat, perkasa, dan rasional. Ciri dari sifat-sifat tersebut dapat tertukar. Yang berarti ada laki- laki yang lemah lembut, keibuan dan yang perempuan ada juga yang kuat, perkasa, dan rasional. Gender menjadi peran sosial anatara laki-laki dan perempuan dimana terdapat perbedaan peran dari antara keduanya. Perbedaannya berupa peran dan tanggung jawab sebagai hasil konstruksi yang dapat berubah sesuai dengan zaman dan tempat tinggal atau kepercayaan adat yang ada disuatu wilayah tertentu.

     Topik mengenai perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan masih banyak pro dan kontra dan masih ada diskriminasi dari peran wanita, sehingga dari pihak perempuan merasa dirugikan oleh adanya perspektif masyarakat yang masih melekat di suatu daerah tertentu. Sebagian besar masyarakat banyak menganut kepercayaan yang salah tentang apa arti menjadi seorang wanita, yang dapat memberikan dampak bagi kesehatan wanita. Adanya perkembangan zaman, persepsi dan pemikiran tentang perbedaan tentang mediskriminasi peran wanita ini sudah mulai berkurang, hal itu berarti saat ini peran wanita bukan hanya di dapur dan mengurus rumah tangga saja tetapi juga bisa melakukan pekerjaan seperti laki-laki yaitu mencari uang. Diskriminasi gender hanya mendoktrin laki-laki yang dapar melakukan apa saja dan berkuasa terhadap perempuan, hal ini merupakan hal yang tidak adil antara peran laki-laki dan perempuan. Diskriminasi ini terjadi disebabkan masih adanya persepsi pada masyarakat atau lingkungan tertentu.

Seksualitas

     Seksualitas merupakan sesuatu yang ada kaitannya dengan jenis kelamin. Seksualitas mencakup beberapa hal yang luas, diantaranya budaya, sosio-psikologis, dan dimensi biologis. Berdasar dimensi biologis (fisik), seksualitas berkaitan dengan fungsi alat kelamin yang berdampak pada kehidupan fisik, tidak terkecuali muncul hasrat seksual. Dalam beraktivitas seksual masyarakat mempertimbangkan aspek psikologis seperti emosi, motovasi, perilaku, serta kognisinya terhadap seksualitas dan pengaruh terhadap kehidupan. Dimensi sosial mempelajari tentang bagaimana seseorang menyesuaikan diri terhadap tuntutan peran lingkungan sosial dan bagaimana peran serta fungsi seksualitas dalam kehidupan.

     Dalam psikoanalisa Freud definisi seksualitas memiliki arti yang lebar. Seksualitas tidak hanya hubungan organ genital pada masa dewasa, tetapi seksualitas menjadi kegiatan seperti buang air kecil, makan, mengisap, dan menyusu. Kegiatan seksualitas ini sudah terjadi dari usia dini atau masa kanak-kanak. Selain itu dalam psikoanalisa, seksualitas artinya hubungan dan cinta kepada orang lain yang merupakan libido pada masa kanak-kanak yang ditujukan untuk ibu dan ayah.

Seksualitas pada Remaja

     Seksualitas sudah ada pada masa kanak-kanak yang terus mengalami perkembangan. Jadi sedari usia dini anak memiliki naluri dan aktivitas seksual untuk dikembangkan lebih lanjut. Objek seksualitas pada masa pubertas tidak mengarah pada orang tua, tetapi mengarah kepada teman-teman yang berjenis lain sama ataupun yang berbeda. Sehingga mustahil perasaan cinta tanpa seksualitas.

     Dalam masa pubertas hidup seksual anak dikoordinir dengan dua arah. Sisi yang pertama, naluri berada di bawah penguasaan, sehingga hidup seksual tertuju pada pemuasan yang tertuju ke arah persetubuhan. Dan di sisi lain, objek menyisihkan otoerotisme, sehingga semua naluri mencari pemuasan dalam hubungan dengan orang yang dicintai. Dengan adanya perkembangan dunia menjadi lebih modern dengan teknologi yang canggih membuat anak tidak dapat menutup mata terhadap perilaku seksual. Bahkan dari usia anak-anak dan remaja dapat dengan gampangnya mengakses dan melihat gambar dan film porno, serta omongan yang dangkal dari teman-temannya. Untuk itu perlu adanya pendidikan seksualitas yang diberikan kepada remaja.

<!-- [if !supportLists]-->D.  <!--[endif]-->Landasan Teori yang Relevan

Menurut penelitian Rahmat dan Sari (2019), pemahaman gender di masyarakat desa terbentuk melalui proses yang panjang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor budaya. Mereka menemukan bahwa nilai-nilai tradisional masih sangat kuat mempengaruhi bagaimana masyarakat memahami peran gender. Misalnya, masih ada pembagian peran yang jelas antara laki-laki dan perempuan dalam kegiatan sosial dan ekonomi di desa. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, pemahaman ini mulai mengalami perubahan terutama di kalangan generasi muda.

Widayanti dan Puspitasari (2021) dalam penelitian mereka mengungkapkan bahwa lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pemahaman gender pada remaja di pedesaan. Mereka menemukan bahwa remaja yang tinggal di lingkungan yang lebih terbuka terhadap kesetaraan gender cenderung memiliki pandangan yang lebih seimbang tentang peran gender. Keluarga, terutama orang tua, menjadi pengaruh utama dalam pembentukan pemahaman ini. Selain itu, sekolah dan kelompok teman sebaya juga berperan penting dalam proses pembelajaran tentang gender.

Dalam hal strategi edukasi, penelitian Pratiwi dan Sutopo (2022) memberikan pemahaman yang berharga tentang bagaimana cara menyampaikan informasi gender yang efektif di masyarakat desa. Mereka menemukan bahwa pendekatan yang menggunakan bahasa lokal dan melibatkan tokoh masyarakat setempat lebih berhasil dalam menyampaikan pesan-pesan tentang kesetaraan gender. Program edukasi yang dikemas dalam bentuk kegiatan yang sudah familiar dengan masyarakat, seperti pengajian atau arisan, terbukti lebih mudah diterima.

Astuti dan Kurniawan (2020) menambahkan bahwa edukasi seksualitas di lingkungan pedesaan masih menghadapi banyak tantangan. Mereka mengidentifikasi beberapa hambatan utama seperti anggapan bahwa membicarakan seksualitas adalah hal yang tabu, kurangnya sumber informasi yang terpercaya, dan keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan reproduksi. Namun, mereka juga menemukan bahwa keterlibatan aktif kader kesehatan desa dan dukungan dari pemerintah desa dapat membantu mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

Penelitian Setiawati (2019) memperkuat temuan-temuan sebelumnya dengan menekankan pentingnya peran tokoh masyarakat dalam mengubah pemahaman gender. Tokoh masyarakat yang memiliki pemahaman baik tentang kesetaraan gender dapat menjadi agen perubahan yang efektif. Mereka dapat membantu menjembatani nilai-nilai tradisional dengan pemahaman modern tentang gender, sehingga perubahan yang terjadi tidak menimbulkan penolakan dari masyarakat.

METODE PELAKSANAAN

<!-- [if !supportLists]-->A?<!--[endif]-->Metode Pendekatan

Metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan KKN Mandiri INISNU Temanggung adalah pendekatan Pasrticipatory Action Research (PAR), yaitu dengan kegiatan yang dilaksanakan secara partisipatif antara remaja dalam komunitas yang melibatkan lingkup sosial. Menurut Yolang Wadworth Participatory Action Research merupakan asumsi yang mendasari paradigma pengetahuan tradisional.

Adapun beberapa langkah yang harus dilakukan pada metode pendekatan PAR:

1. Penyiapan Sosial

Mahasiswa mendatangi kantor kepala desa untuk menyampaikan program yang akan dijalankan. Yamg menjadi subjek kegiatan peneliti merupakan remaja desa yang berusia 13-19 tahun. Peneliti menemui dan berbincang-bincang mengenai tujuan diadakan kegiatan edukasi gender dan seksualitas kepada remaja Desa Nglondong.

2. Analisis Sosial

Mahasiswa melakukan diskusi dengan beberapa perwakilan anggota organisasi remaja yang sudah terbentuk di Desa Nglondong untuk mencari informasi yang dibutuhkan mahasiswa KKN dan untuk membangun komunikasi dengan sekitarnya.

3. Mengorganisir Komunitas

Mahasiswa membantu menghidupkan kembali organisasi remaja yang ada di Desa Nglondong yang sebelumnya kurang aktif.

4. Membangun strategi yang akan dilakukan.

5. Refleksi

<!-- [if !supportLists]-->B?<!--[endif]-->Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus dipilih untuk memahami secara mendalam fenomena edukasi gender dan seksualitas di Desa Nglondong, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung. Pendekatan ini memungkinkan peneliti mengeksplorasi secara detail berbagai aspek yang berkaitan dengan pemahaman dan praktik edukasi gender dan seksualitas dalam konteks masyarakat desa.

<!-- [if !supportLists]-->a.       <!--[endif]-->Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data:

1. Wawancara mendalam dengan informan kunci seperti tokoh masyarakat, guru, orang tua, dan remaja di Desa Nglondong

2. Observasi partisipatif terhadap kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan edukasi gender dan seksualitas

3. Studi dokumentasi terhadap program-program edukasi yang telah dilaksanakan

<!-- [if !supportLists]-->b.       <!--[endif]-->Penentuan Informan

Informan dalam penelitian ini dipilih menggunakan teknik purposive sampling, dengan mempertimbangkan kriteria:

- Keterlibatan dalam kegiatan edukasi gender dan seksualitas

- Pemahaman tentang kondisi sosial budaya masyarakat setempat

- Kesediaan memberikan informasi secara terbuka

<!-- [if !supportLists]-->c.       <!--[endif]-->Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif yang meliputi:

1. Reduksi data: memilah informasi yang relevan dengan fokus penelitian

2. Penyajian data: mengorganisasikan data dalam bentuk deskripsi yang sistematis

3. Penarikan kesimpulan: menginterpretasi temuan dan mengaitkannya dengan teori yang relevan

<!-- [if !supportLists]-->d.       <!--[endif]-->Validasi Data

Untuk memastikan keabsahan data, penelitian ini menggunakan teknik triangulasi:

- Triangulasi sumber: membandingkan data dari berbagai informan

- Triangulasi metode: membandingkan data dari berbagai teknik pengumpulan

- Triangulasi waktu: mengumpulkan data pada waktu yang berbeda

PEMBAHASAN

Setelah memahami dan mengetahui keseharian masyarakat mahasiswa KKN melalukan analisis sosial untuk mengidentifikasi masalah yang ada di lokasi tersebut dengan menggunakan tahapan Pohon Masalah. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode pohon masalah, sehingga dapat diketahui akar permasalahan yang perlu ditangani secara serius.

Pohon masalah: Kurangnya pengetahuan remaja tentang gender dan seksualitas, mereka masih menganggap tabu ketika berbicara tentang seksualitas, kurangnya informasi yang akurat dan komprehensif, serta stigma seputar seksualitas. Ketidakmampuan dalam membangun hubungan yang sehat, kesulitan dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab terkait seksualitas dan kerentanan terhadap ekploitasi seksual.

Dalam mengatasi permasalahan gender dan seksualitas kami melibatkan remaja di desa nglondong untuk diberikan edukasi mengenai pengetahuan gender dan seksualitas. Analisis SWOT yang mendalam telah mengidentifikasi langkah-langkah strategis untuk mengatasi permasalahan mengenai keresahan masyarakat tentang permasalahan gender dan seksualitas yang marak di beritakan saat ini. Program DUNTAS ini bertujuan untuk memberikan solusi terhdap PIK remaja di desa nglondong yang terdapat permasalahan pernikahan dini akibat hamil di luar nikah.

Program sosialisasi DUNTAS ini berhasil mendorong terbentuknya sebuah kolaborasi yang kuat antara DPPPAPKB (Dinas Pemberdayaan perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana) PIK remaja di desa Nglondong. Melalui kerja sama ini diharapkan dapat memberdayakan kaum remaja untuk turut serta dalam mencegah terjadinya permasalahan seputar gender dan seksualitas. Program ini bertujuan untuk membantu remaja memahami identitas gender dan seksualitasnya dengan lebih baik sehingga mereka dapat merima diri sendiri apa adanya.

Diharapkan dengan adanya program kegiatan dari mahasiswa dampingi dapat memberikan dampak positif untuk para remaja, dapat memberikan arahan kepada remaja agar lebih bijak dalam bergaul, serta dapat menciptakan hubungan yang baik antara remaja desa dan mahasiswa KKN. Setelah program berjalan, pengabdi dengan remaja melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk mengisi waktu luang dengan mengembangkan bakat sesuai dengan passion seperti menari, drama, bernyanyi, musikalisasi puisi, silat, dll.

KESIMPULAN

Dalam mengatasi permasalahan gender dan seksualitas di Desa Nglondong, mahasiswa KKN melibatkan remaja desa untuk diberikan edukasi mengenai pengetahuan gender dan seksualitas. Program DUNTAS (Edukasi tentang Gender dan Seksualitas) yang dilaksanakan oleh mahasiswa KKN Mandiri INISNU Temanggung di Desa Nglondong berhasil memberikan dampak positif bagi remaja. Melalui pendekatan partisipatif yang melibatkan edukasi, diskusi kasus, dan evaluasi, program ini berhasil meningkatkan pemahaman remaja mengenai isu gender dan seksualitas.

Selain itu, program ini juga berhasil meminimalisir kasus-kasus kekerasan seksual dan hubungan tidak sehat di kalangan remaja. Pemberian pengetahuan tentang hak, kesehatan reproduksi, dan hubungan yang sehat memberikan dampak positif terhadap pembentukan sikap remaja, serta menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi perkembangan mereka. Program ini diharapkan dapat berlanjut dan diperluas untuk mencakup lebih banyak remaja di daerah lain.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Awaru, A Octamaya Tenri. 2020. Konstruksi Sosial Pendidikan Seksual pada Orang

Tua dalam Keluarga Bugis-Makassar. Artikel Hasil Penelitian, Society.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA). 2014.

Rakornas Pencegahan dan Penanganan Pornografi Kemen PPA Perkuat Peran Anak Hingga SAPA 129, https://kemenpppa.go.id/page/view/NTQ0Mg==. Diakses pada 5 Desember 2024 Pukul 15.00.

Wulandaru, <!-- [if !supportFootnotes]-->[1]<!--[endif]-->Hening Pangesti dkk. 2019. Prevalensi dan Bentuk Kekerasan dalam

Pacaran pada Siswa SMA, SMK dan MA di Kecamatan Tembalang Kota Semarang, Medical Journal (Jurnal Kedokteran) Diponegoro Volume 8 No. 4.

<!-- [if !supportFootnotes]-->[1]<!--[endif]-->Observasi Awal di Desa Nglondong pada Tanggal 5 Desember 2024 pada Pukul 13.00.

Soeroso, Moerti Hadiati. 2010. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif

YuridisViktimologis). (Surabaya: Sinar Grafika).

Rahmad,A.,& Sari, D.N.(2019)., Konstruksi Sosial Gender di Masyarakat Pedesaan:  Study di Kabupaten Garut. Jurnal Sosiologi Pendidikan, 6(2), 45-58.

Astuti, P., & Kurniawan, B. (2020). Tantangan Dan Peluang Edukasi Seksualitas di Lingkungan Pedesaan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 14(3), 89-102.

Pratiwi, S., dan Sutopo. (2022). Strategi Komunikasi Dalam Edukasi Gender di Masyarakat Pedesaan. Jurnal Komunikasi Pembangunan, 19(2), 156-170.

Setiawati, L. (2019). Peran Tokoh Masyarakat Dalam Transformasi Pemahaman Gneder. Jurnal Sosiologi Pedesaan, 7(2), 67-82.


Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
chat
chat
...
EVENT: Semarak Perayaan HUT RI ke-79 Desa Nglondong

Jenis:
Waktu: 2024-08-17 07:15:00
Tempat: Lapangan Saubari Desa Nglondong
Deskripsi Rundown:

Ayo Budal Ngrame'ke Pi...

Lihat